Antara Nyelip di jalan dan Kesuksesan (Refleksi Akhir Tahun)
![]() |
Ugal-ugalan di jalanan |
Ia begitu tergesa-gesa, dengan wajah merah padam dan penuh keringat
bercucuran karena cuaca di Jogja kala itu sedang meledak kepanasan. Tiba-tiba
ia berteriak dengan teriakan yang keras. “Hei mobilmu itu nyrempet. Nyrempeet
mobil gue”. Katanya dengan wajah seakan ingin menghantam orang yang diteriakin
di belakangnya. Ketika itu saya hanya tersenyum pahit. Kok bisa !, Saya
bertanya-tanya. Hanya dengan nyrempet sedikit dan tak ada bekas atau bahkan
lecet sedikitpun ia marah-marah nggak jelas seperti itu. Lebih-lebih di tengan
jalan yang padat merayap.
Sejak itu saya berfikir, memang manusia itu egoistis sekali. Betapa tidak,
ini bahkan contoh realita yang konkrit. Seorang dengan tergesa-gesa, berjalan
dengan motor ngebut-ngebutan tanpa mau tahu arah kira-kanan ada pengendara
lainnya. Itu egois sekali. Mungkin inilah yang jadi permasalahan bagi manusia,
termasuk kita, termasuk saya sendiri, anda dan yang lainnya. Terkadang kita
egois ingin menang sendiri tanpa memperhatikan orang lain di sekitar kita.
Jika hal kecil seperti ini di bawa ke kasus lain banyak sekali contohnya.
Misalnya saja kasus seorang pejabat yang sudah banyak terjadi di negeri kita,
yaitu mereka-mereka yang melakukan tindak korupsi. Yah, inilah salah satu
bentuk ke-egoisan yang lain. bahkan ini sudah masuk kelas elit dalam tingkat
strata keegoisannya. Bagaimana tidak, mereka dengan seenaknya mementingkan diri
mereka sendiri atau kelompok bahkan partai mereka sendiri tanpa peduli dengan
sekitarnya. Padahal di bawah sana ada para orang jompo yang membutuhkan, orang
sakit yang tak bisa berobat, orang miskin yang punya talenta lebih tapi tak
tersalurkan dengan pendidikan yang memadai. Nah inilah keegoisan-keegoisan itu.
Bila kita mau mengoreksinya tentu sangat banyak. Bahkan melimpah di negeri kita
yang (maaf) penuh dengan bualan janji-janji semata.
Kita sering sekali merasa kepanikan bahkan kemarahan yang tingkat tinggi
ketika mengalami kebangkrutan, kemunduran dan kegagalan. Bahkan tak jarangg
kita menyalahkan dan mengkambing hitamkan orang lain atas kesalahan dan
kegagalan kita sendiri. Sebagai contoh kecilnya adalah seperti kasus pengendara
mobil yang marah-marah di tengah jalan tadi. Dia tak sadar bahwa dia juga
salah, tapi dengan pede-nya ia juga menyalahkan orang lain. Ia tak tahu kalau
ia sendiri mengerem mobilnya mendadak sehingga pengendara yang di belakangnya
tak bisa mengontrol keadaan sehingga terjadilan benturan sedikit ke arah bagian
belakang mobil di depannya.
Kemudian apa kaitannya dengan kesuksesan?. Tentu saja, ini sangat terkait.
Terkadang jika kita mengalami kesuksesan atau kemujuran dengan pedenya kita
mengatakan “oh itu berkat kepintaran gue” atau “oh, kalau tidak ada saya itu
nggak bisa” dan lain sebagainya. Kita akan merasa bahwa kita berperan penting
dalam proses kesuksesan tersebut, tapi ketika mengalami kegagalan kita yang pertama
kali mengatakan “salah siapa ini?” atau “ini pasti gara-gara dia”. Luar biasa memang
manusia. Ia beranggapan bahwa dirinya sempurna. Padahal inilah yang menunjukkan
adanya keegoisan yang begitu nampak dalam diri manusia. So, sudah selayaknya
kita untuk mengkoreksi diri kita. Lebih-lebih di akhit tahun ini. Yuk gunakan
akhir tahu ini sebagai momentum untuk refleksi muhasabah kita.
Bungkam..bungkam..bungkam egoistisme. Salam refleksi muhasabah.
Post a Comment for "Antara Nyelip di jalan dan Kesuksesan (Refleksi Akhir Tahun)"