Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antara Nyelip di jalan dan Kesuksesan (Refleksi Akhir Tahun)

Antara Nyelip di jalan dan Kesuksesan (Refleksi Akhir Tahun)
Ugal-ugalan di jalanan
Ini hanyalah refleksi dari pemanfaatan waktu saya. Sebuah kesempatan bagi saya dalam menggunakan sisa-sisa waktu ketika mencoba membaca dan memahami kitab nailul authar (b. arab). Oke, sampai di sini cukup basa-basinya, biar tidak boros kata,hehe.  Siang tadi saya sedikit mengalami beberapa perjalanan rasa yang membuncah. Pasalnya, ketika saya mengendarai motor di jalan raya, tepatnya di perempatan lampu trafik,  ada salah seorang pengendara mobil (tepatnya mobil jeep) dengan tergesa-gesa keluar dari mobilnya. Saya yang ada di samping mobil jeep itu kaget, kebetulan jalan saya berseberangan dengan pengendara mobil tersebut dan tepat di sampingnya.

Ia begitu tergesa-gesa, dengan wajah merah padam dan penuh keringat bercucuran karena cuaca di Jogja kala itu sedang meledak kepanasan. Tiba-tiba ia berteriak dengan teriakan yang keras. “Hei mobilmu itu nyrempet. Nyrempeet mobil gue”. Katanya dengan wajah seakan ingin menghantam orang yang diteriakin di belakangnya. Ketika itu saya hanya tersenyum pahit. Kok bisa !, Saya bertanya-tanya. Hanya dengan nyrempet sedikit dan tak ada bekas atau bahkan lecet sedikitpun ia marah-marah nggak jelas seperti itu. Lebih-lebih di tengan jalan yang padat merayap.

Sejak itu saya berfikir, memang manusia itu egoistis sekali. Betapa tidak, ini bahkan contoh realita yang konkrit. Seorang dengan tergesa-gesa, berjalan dengan motor ngebut-ngebutan tanpa mau tahu arah kira-kanan ada pengendara lainnya. Itu egois sekali. Mungkin inilah yang jadi permasalahan bagi manusia, termasuk kita, termasuk saya sendiri, anda dan yang lainnya. Terkadang kita egois ingin menang sendiri tanpa memperhatikan orang lain di sekitar kita.

Jika hal kecil seperti ini di bawa ke kasus lain banyak sekali contohnya. Misalnya saja kasus seorang pejabat yang sudah banyak terjadi di negeri kita, yaitu mereka-mereka yang melakukan tindak korupsi. Yah, inilah salah satu bentuk ke-egoisan yang lain. bahkan ini sudah masuk kelas elit dalam tingkat strata keegoisannya. Bagaimana tidak, mereka dengan seenaknya mementingkan diri mereka sendiri atau kelompok bahkan partai mereka sendiri tanpa peduli dengan sekitarnya. Padahal di bawah sana ada para orang jompo yang membutuhkan, orang sakit yang tak bisa berobat, orang miskin yang punya talenta lebih tapi tak tersalurkan dengan pendidikan yang memadai. Nah inilah keegoisan-keegoisan itu. Bila kita mau mengoreksinya tentu sangat banyak. Bahkan melimpah di negeri kita yang (maaf) penuh dengan bualan janji-janji semata.

Kita sering sekali merasa kepanikan bahkan kemarahan yang tingkat tinggi ketika mengalami kebangkrutan, kemunduran dan kegagalan. Bahkan tak jarangg kita menyalahkan dan mengkambing hitamkan orang lain atas kesalahan dan kegagalan kita sendiri. Sebagai contoh kecilnya adalah seperti kasus pengendara mobil yang marah-marah di tengah jalan tadi. Dia tak sadar bahwa dia juga salah, tapi dengan pede-nya ia juga menyalahkan orang lain. Ia tak tahu kalau ia sendiri mengerem mobilnya mendadak sehingga pengendara yang di belakangnya tak bisa mengontrol keadaan sehingga terjadilan benturan sedikit ke arah bagian belakang mobil di depannya.

Kemudian apa kaitannya dengan kesuksesan?. Tentu saja, ini sangat terkait. Terkadang jika kita mengalami kesuksesan atau kemujuran dengan pedenya kita mengatakan “oh itu berkat kepintaran gue” atau “oh, kalau tidak ada saya itu nggak bisa” dan lain sebagainya. Kita akan merasa bahwa kita berperan penting dalam proses kesuksesan tersebut, tapi ketika mengalami kegagalan kita yang pertama kali mengatakan “salah siapa ini?” atau “ini pasti gara-gara dia”. Luar biasa memang manusia. Ia beranggapan bahwa dirinya sempurna. Padahal inilah yang menunjukkan adanya keegoisan yang begitu nampak dalam diri manusia. So, sudah selayaknya kita untuk mengkoreksi diri kita. Lebih-lebih di akhit tahun ini. Yuk gunakan akhir tahu ini sebagai momentum untuk refleksi muhasabah kita. Bungkam..bungkam..bungkam egoistisme. Salam refleksi muhasabah.


Post a Comment for "Antara Nyelip di jalan dan Kesuksesan (Refleksi Akhir Tahun)"