Materi Kemuhammadiyahan Kelas 4 Semester II
MATERI KEMUHAMMADIYAHAN KELAS 4
SEMESTER 2
BAB III
SEJARAH MUHAMMADIYAH
Salah
satu organisasi itu di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH.
Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18 Nopember 1912
M. KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis dilahirkan di
Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib Masjid
Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar
di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi
khatib masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang
tidak memuaskan di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap
kristisnya untuk memperbaiki keadaan.
Misi
utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman
agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah
yang seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid”
(bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi, ialah
dipandang dari pada/menurut sasarannya :
Pertama
:
berarti
pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya/kemurniannya,
ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip perjuangan yang
sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
Kedua
:
berarti
pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu
sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik
perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan
dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.
Tajdid
dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran Islam itu
sendiri dalam perjuangannya. Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang
bertujuan menegakkan agama Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud
masyarakat Islam sebenar-benarnya.
Usaha
pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam beberapa bidang
garapan, yaitu : bidang Keagamaan, Pendidikan, Sosial, Penerbitan dan
Kesehatan.
A.
Bidang keagamaan
Pembaharuan
dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang
berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi, mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh
kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di
antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam antara
lain:
1.
Pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam
upacara dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada
waktu puput pusar, khitanan, pernikahan, dan kematian.
2.
Upacara dan do’a yang diadakan pada hari ke-3, ke-5, ke-40, ke-100,
ke-1000 setelah meninggal.
3.
Peristiwa penting yang bersifat sosial yang berhubungan dengan
kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan Sya’ban dan Ruwah. Berziarah
ke makam orang-orang suci dan minta dido’akan.
Usaha
Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, ialah
Muhammadiyah mengembalikan kepada Al-Qur’an dan Al-Hadis. Usaha pemurnian
tersebut antara lain dapat disebut :
1.
Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai
kebalikan dari kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
2.
Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan
akhir bulan puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan
oleh petugas agama.
3.
Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari
raya Islam, Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa
dalam jumlah jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid.
4.
Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya
tersebut di atas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang
dapat dibandingkan sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan
ini pada pegawai atau petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan
sebagainya).
5.
Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari
penyampaian khutbah dalam bahasa Arab.
6.
Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran,
khitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat
politheistis darinya.
7.
Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
8.
Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
9.
Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang
dimiliki oleh para kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan
terhadap mereka.
10.
Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan
perempuan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
B.
Bidang Pendidikan
Gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah banyak orang awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam usaha merealisasi gagasan tersebut, Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah berusaha keras untuk mengawinkan antara dua sistim pendidikan, pesantren (pendidikan agama pedesaan di bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat, dengan menghilangkan kelemahan dari keduanya.
C.
Bidang Sosial Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh
Muhammadiyah adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu,
yang dikelola melalui lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana
dilakukan orang pada umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu.
D.
Bidang Penerbitan
Dakwah dalam
bentuk media dilakukan sejak 1915, tiga tahun setelah Muhammadiyah didirikan
dan diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan yang sekarang disebut dengan majalan
Suara Muhammadiyah.
E.
Bidang Kesehatan
Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan
ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun
1923 untuk menolong para dhuafa dan fakir miskin.
MATERI KEMUHAMMADIYAHAN KELAS 3
BAB IV
Ciri BerMuhammadiyah
dalam kegiatan sehari-hari:
1.
Memakai Batik Muhammadiyah
2.
Kartu Identitas Pelajar Muhammadiyah
Kebiasaan Hidup
Islami Pelajar Muhammadiyah:
1.
Akhlak dan Budi Pekerti Mulia
2.
Sholat Berjamaah
3.
Menghafal Al-Quran
Ciri
Perjuangan Muhammadiyah
Dengan
melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak
kelahirannya, memperhatikan faktor-faktor yang melatarbelakangi berdirinya,
aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali
bahwa didalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat
atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan
mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciri-ciri perjuangan
Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut.
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam
2. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar
3. Muhammadiyah adalah gerakan tajdid
A. Muhammdiyah
sebagai Gerakan Islam
Telah
diuraikan dalam bab terdahulu bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH
Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur)
terhadap Al Quran Al-Karim. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada
setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran
ayat: 104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya
Persyarikatan Muhammadiyah.
Dari
latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelaslah bahwa
sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi,
dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya
tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip
ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan
dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya
tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran
Islam.
B.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam.
Ciri
kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat
ayat-ayat Al Quran, terutama sekali surat Ali Imran Ayat: 104. Berdasarkan
Surat Ali Imran, ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar
ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya.
Gerakan
Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan
membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat
orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti
asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain
merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan
niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah
Islamiyah.
C.
Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid
Ciri
ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan
Tajdid atau Gerakan Reformasi. Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid
dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid
dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan
salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat
dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi.
Sifat
Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas
pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel
pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai
pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui
cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan
anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara
pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan
sebagainya.
Post a Comment for "Materi Kemuhammadiyahan Kelas 4 Semester II"