Materi Kemuhammadiyahan Kelas 3 SD Semester II
KH. AHMAD DAHLAN SEBAGAI PEJUANG ISLAM
BIOGRAFI KH. AHMAD DAHLAN
K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di kampung Kauman, Yogyakarta pada 1 Agustus 1868. Ketika masih kanak-kanak, K.H Ahmad Dahlan bernama Muhammad Darwisy. Sesudah pulang dari menunaikan ibadah haji namanya dirubah menjadi Ahmad Dahlan.
Muhammad Darwisy berasal dari
keluarga ulama yang taat menjalankan perintah agama Islam. Muhammad Darwisy
adalah anak yang mandiri dan tidak manja. Ia juga anak yang shalih karena
selalu menurut dan patuh kepada orang tuanya. Ia tidak pernah berselisih dengan
saudara-saudaranya. Muhammad Darwisy juga sopan dan hormat kepada kakek , nenek
, paman , bibi dan anggota keluarga lainnya. Ketika masih kanak-kanak, Muhammad
Darwisy riang gembira.
Selesai belajar, ia biasa bermain dengan teman-temannya. Karena ia anak yang baik, ia tidak
suka berkelahi dan menggangu. Bahkan kalau teman-temannya
berselisih, Muhammad Darwisy melerainya. Teman-temannya suka berteman dengan
Muhammad Darwisy.
Ia mempunyai kelebihan, yaitu biasa membuat barang permainan sendiri.
Ia anak yang trampil dan mandiri. Hasil karyanya biasa dipakai bermain dengan
saudara dan teman-temannya. Bahkan, ia juga sering memberikan barang-barang
mainannya kepada saudara dan temannya.
SILSILAH KELUARGA
Muhammad
Darwisy dilahirkan dari kedua orang tua yang dikenal sangat alim, yaitu KH. Abu
Bakar (Imam Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta) dan Nyai Abu Bakar
(puteri H. Ibrahim, Hoofd Penghulu Yogyakarta). Muhammad Darwisy merupakan anak
keempat dari tujuh saudara yang lima di antaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya. Tak ada yang menampik silsilah Muhammad Darwisy sebagai keturunan
keduabelas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan terkemuka di
antara Wali Songo, serta dikenal pula sebagai pelopor pertama penyebaran dan
pengembangan Islam di Tanah Jawa (Kutojo dan Safwan, 1991).
Demikian
matarantai silsilah itu: Muhammad Darwisy adalah putra K.H. Abu Bakar bin K.H.
Muhammad Sulaiman bin Kiyai Murtadla bin Kiyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru
Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig
(Jatinom) bin Maulana Muhammad Fadlullah (Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin
Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim (Yunus Salam, 1968: 6).
MASA BELAJAR, DARI KAMPUNG SAMPAI
MAKKAH
Sebagai putra Kauman, Muhammad
Darwisy mendapat pelajaran agama dengan baik. Ia suka belajar, terutama
pengetahuan agama. Darwisy mulai mengaji pada usia 7 tahun. Pendidikan Muhammad
Darwisy di pondok pesantren. Waktu itu, tidak ada anak Kauman yang belajar di
sekolah Belanda. Karena siapa yang belajar di sekolah Belanda pasti akan
dikucilkan oleh orang-orang dikampungnya. Pada mulanya, Muhammad Darwisy
belajar mengaji pada ayahnya sendiri. Sesudah remaja, ia menambah ilmu kepada
berberapa Kyai terkenal. Muhammad Darwisy belajar al-Qur'an, bahasa Arab dan
ilmu agama lainnya.
Muhammad Darwisy dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil,
dan sekaligus menjadi tempatnya menimba pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia
menunaikan ibadah haji ketika berusia 22 tahun (1890), lalu dilanjutkan dengan
menuntut ilmu agama dan bahasa Arab di Makkah selama lima tahun. Di sinilah ia
berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam, seperti
Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Buah pemikiran
tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Darwis. Jiwa dan
pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak kemudian
hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui Muhammadiyah, yang
bertujuan untuk memperbaharui pemahaman keagamaan (ke-Islaman) di sebagian
besar dunia Islam saat itu yang masih bersifat ortodoks (kolot). Ortodoksi ini
dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta keterbelakangan ummat Islam.
Sepulang
dari menunaikan ibadah Haji, ia kembali ke kampungnya, dan berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan (suatu kebiasaan dari orang-orang Indonesia yang pulang haji,
selalu mendapat nama baru sebagai pengganti nama kecilnya). Sepulang dari
Makkah, ia menikah dengan Siti Walidah, saudara sepupunya sendiri bernama Siti
Walidah yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan
Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H.
Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti
Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah (Kutojo dan Safwan, 1991). Di
samping itu, K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H.
Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah
(adik Ajengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Beliau pernah pula
menikah dengan Nyai Yasin, Pakualaman Yogyakarta (Yunus Salam, 1968: 9).
MENDIRIKAN MUHAMMADIYAH
Tahun 1903 KH. Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
dan belajar di Makkah yang kedua kalinya. Di sana beliau bertemu dan belajar
kepada para Ulama Nusantara di antaranya Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau,
Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam
seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta
interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para
pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri
Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide
dan gerakan pembaruan.
Maka pada
tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah
di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
”MUHAMMADIYAH”. Kata
”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata
”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan
jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut mengandung pengertian
sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa
pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi
Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami dan melaksanakan agama
Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,
supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam. Dengan
demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan
umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November
1912 M) merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran
sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan
atau kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk
terbesar muslim di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim,
cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis
dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam kehidupan
sehari-harinya. Ada sebuah nasehat yang ditulisnya dalam bahasa Arab untuk
dirinya sendiri:
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan
peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau
lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga
engkau akan binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah
engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian,
pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu,
renungkanlah yang terdekat kepadamu, dan tinggalkanlah lainnya (diterjemahkan oleh Djarnawi Hadikusumo).
PESAN-PESAN KH. AHMAD DAHLAN
Di antara Pesan-pesan KH. Ahmad Dahlan adalah berikut:
1. "Mengingat
keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua
sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku
hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian."
2.
"Aku titipkan Muhammadiyah ini
kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan
menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus
berkembang selamanya."
3.
"Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan
Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu hendaklah warga muda-mudi
Muhammadiyah hendaklah terus menjalani dan menempuh pendidikan serta menuntut
ilmu pengetahuan (dan teknologi) di mana dan ke mana saja. Menjadilah dokter
sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dan
(propesional) lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu."
4.
Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam
Muhammadiyah
BAB 5
JANJI PELAJAR MUHAMMADIYAH
Di
tingkat pelajar Muhammadiyah mempunyai sebuah organisasi otonom bernama Ikatan
Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang berdiri pada tanggal 18 Juli 1961/5 Shafar 1381
H (sumber: ipm.or.id). Sebagai
organisasi otonom (berhak mengurus dirinya sendiri sebagai organisasi), IPM
bertujuan untuk membentuk pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia dan
terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam
sehingga terwujud masyarakat yang sebenar-benarnya.
Untuk mewujudkan tujuan IPM tersebut, maka didalam IPM setiap anggotanya diikat dengan sebuah janji yang harus dilaksanakan yaitu Janji Pelajar Muhammadiyah. Janji ini wajib diketahui oleh setiap pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang secara langsung, aktif atau tidak di organisasinya, adalah anggota IPM.
|
Makna lambang IPM adalah : |
1 |
Bentuk segi lima perisai, runcing dibawah merupakan deformasi bentuk
pena. |
2 |
Warna kuning berarti keilmuan; putih berarti kesucian; merah berarti
keberanian; hijau berarti kerahmatan; dan hitam berarti ketauhidan. |
3 |
Gambar matahari yang berwarna kuning menunjukan bahwa IPM adalah
kader Muhammadiyah. |
4 |
Di tengah bulatan matahari terdapat gambar kitab Al-Qur’an yang
berarti sumber pengetahuan |
5 |
Di bawah bulatan matahari terdapat tulisan ayat Al-Qur’an, surat Al-Qalam ayat 1 yang berbunyi “Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun” (dalam tulisan Arab). Artinya : Nuun, Demi pena dan apa yang dituliskannya. |
6 |
Tulisan Al-Qur’an tersebut ditulis dengan menggunakan huruf Arab,
warna hitam dan merupakan semboyan IPM. Huruf IPM berwarna merah dengan
kontur hitam. Merah berarti berani serta aktif menyampaikan dakwah Islam
karena IPM mengemban tugas sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal
usaha Muhammadiyah. (ART IPM Pasal 3) |
MAKSUD DAN TUJUAN IPM
"Terbentuknya Pelajar Muslim Yang Berilmu,
Berakhlaq Mulia, Dan Terampil dalam Rangka Menegakkan dan Menjunjung Tinggi
Nilai-Nilai Ajaran Islam Sehingga Terwujudnya Masyarakat Islam Yang
Sebenar-Benarnya.”
Semboyan IPM
Semboyan IPM ada dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 1 yang
berbunyi:
ن وَالْقَلَمِ
وَمَايَسْطُرُوْنَ
"Nuun Walqalami Wamaa Yasturuun"
artinya "Nuun,
Demi Pena dan Apa yang Dituliskannya".
Berikut adalah
teks dari Janji Pelajar Muhammadiyah :
JANJI PELAJAR MUHAMMADIYAH
بِسْمِ اللّه
الرّحْمٰنِ الرّحِيْم
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْناً
وَبِمُحَمَّدٍ نَّبِياًّ وَّرَسُوْلاً
Kami Pelajar
Muhammadiyah berjanji :
- Berjuang
menegakkan ajaran islam
- Hormat
dan patuh terhadap orangtua dan guru
- Bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu
- Bekerja
keras, Mandiri dan berprestasi
- Rela
Berkorban dan menolong sesama
- Siap
menjadi kader Muhammadiyah dan bangsa
Kami Pelajar Muhammadiyah
Berjanji :
1. Berjuang
menegakkan ajaran Islam
Pelajar Muhammadiyah hendaknya selalu mengutamakan perintah agama
islam dalam kehidupan sehari-hari, menguatkan pemahaman keislaman dan
senantiasa memperbaiki akhlaqnya
2. Hormat dan
patuh terhadap orang tua dan guru
Pelajar Muhammadiyah harus senantiasa menjaga sopan santun,
menghormati dan patuh kepada orang tua serta guru. Dalam Islam suka membantah
sampai durhaka terhadap orang tua merupakan dosa besar, maka sebaliknya para
pelajar Muhammadiyah wajib taat kepada orang tua termasuk juga guru dengan
menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa apa yang diperintahkan mereka akan
berakibat baik.
3.
Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Pelajar Muhammadiyah harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu kepada siapapun, lewat jalan apapun tanpa rasa malu dan gengsi. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan karena semua aktifitas dalam hidup ini landasan pertamanya adalah ilmu. Beribadah dan bekerja harus punya ilmu. Oleh karena itu semua pelajar Muhammadiyah harus bersunggung-sungguh dalam menuntut ilmu.
4. Bekerja
keras, mandiri dan berprestasi
Untuk dapat meraih masa depan yang gemilang dibutuhkan kerja keras,
cerdas dan ikhlas karena tidak mungkin kesuksesan diraih hanya dengan berpangku
tangan, bermalas-malasan. Pelajar Muhammadiyah harus mau bekerja keras agar
bisa mandiri bahkan meraih prestasi
5. Rela
berkorban dan menolong sesama
Pelajar Muhammadiyah harus berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat
bagi orang lain, rela berkorban dan menolong sesama yang membutuhkan karena
pada hakekatnya semua kebaikan yang dilakukan itu akan kembali kepada diri
masing-masing.
6. Siap menjadi
kader Muhammadiyah dan bangsa
Pelajar Muhammadiyah sebenarnya adalah calon kader dan pimpinan
baik bagi keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa dan negara karena para
pemimpin yang ada hari ini suatu saat akan berakhir kepemimpinannya. Begitu
satu generasi berakhir masa kepemimpinannya, akan digantikan oleh generasi
berikutnya, yaitu generasi yang lebih muda. Para pelajar pada saatnya nanti
setelah selesai masa belajar akan menjadi pimpinan.
BAB 6
KELUARGA DAN
WARGA MUHAMMADIYAH
Di antara aktifitas keluarga Muhammadiyah yang dicita-citakan
adalah berikut:
1.
Aktif Sholat Berjamaah
Bahwasanya
Rasulullah saw bersabda: Shalat berjama’ah lebih utama dibandingkan shalat
sendirian dengan dua puluh tujuh derajat. Sahih al-Bukhari, hadis no. 609.
Pesan-pesan
hadis:
- Shalat Jamaah lebih baik
dibanding shalat sendiri.
- Perbandingan keduanya adalah
27:1.
- Karena lebih baik, maka
disarankan kepada ummat untuk selalu shalat fardu berjamaah.
2.
Membaca Al-Quran Setiap Hari
Membaca Al-Quran Bagaimanapun Akan Mendatangkan Kebaikan
عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ
السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ
فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
»
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang
lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa
selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di
dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR.
Muslim).
Membaca Al Quran Akan Mendatangkan Syafa’at Kepada Para
Pembacanya:
عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ
رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا
لأَصْحَابِهِ
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah
Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).
Beberapa
Adab Penting Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membaca Al-Qur’an:
1. Hendaklah yang membaca Al-Qur’an
berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah.
2. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam
keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak
atau bahan semisalnya.
3. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam
keadaan suci.
4. Mengambil tempat yang bersih untuk
membaca Al-Qur’an.
5. Menghadap kiblat ketika membaca
Al-Qur’an.
6. Memulai membaca Al-Qur’an dengan
membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu
billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukumi sunnah,
bukan wajib.
Perintah
untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila
kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
7. Membaca “bismillahir rahmanir
rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).
Catatan:
Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir
rahim.
8. Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an
dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan) setiap ayat
yang dibaca.
Perintah
untuk mentadabburi Al-Qur’an disebutkan dalam ayat,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ
أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah
hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
3.
Berlaku Adil
4.
Hidup Sederhana
5.
Menjauhi Sifat Riya dan Sombong
6.
Hormat dan Patuh Terhadap Orang Tua
7.
Mencintai yang Lebih Muda
Post a Comment for "Materi Kemuhammadiyahan Kelas 3 SD Semester II"