Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tiga Hal kecil

Pada kesempatan kali ini saya hanya ingin menyampaikan tiga hal kecil yang ada disekitar kita, yang kebanyakan kita jarang memperhatikannya karena hal itu dianggap biasa saja dan sudah banyak berlaku di masyarakat. Tida hal kecil ini adalah tentang perbuatan, tentang akhlak dan tentang nasehat.
Hal yang pertama yang akan saya sampaikan adalah tentang masalah menjawab salam. Sering kita mendengarkan orang lain menjawab hanya semaunya saja tanpa menghiraukan dengan jawaban yang semestinya. Sebagai contohnya ketika ada yang mengucapkan assalamualaikum justru ada yang menjawabnya hanya dengan lafal “salam”. Ada juga yang menjawabnya dengan lafal “wa’alaikum salam”.  Jika kita perhatikan secara saksama, maka akan kita dapati kekurang tepatan dalam jawaban salam tersebut. Seharusnya lafal salam yang tepat adalah “wa’alaikumussalam” atau lebih lengkap.
وَعَلَيْكُمُ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Coba kita perhatikan petikan ayat dari QS. An-Nisa ayat 86 ini.
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا [٤:٨٦]
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.

Dalam ayat ini, Allah SWT jelas memerintahkan kita sebagai orang yang muslim, bahwa apabila kita diberi penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau minimal serupa. Dalam hal ini jika kita hanya menjawab salam hanya dengan “wa’alaikum salam” atau bahkan dengan lafal “salam” saja apakah itu dinamakan sebagai membalas penghormatan yang lebih baik maupun yang setara ataukah justru lebih buruk?. Nah inilah yang menjadi koreksi kita. Hal ini memang sepele, namun hal-hal kurang tepat namun sepele yang sering dilakukan cenderung mengakibatkan kita lalai untuk mencari yang benar.

Hal yang kedua yang ingin saya sampaikan adalah tentang nasehat. Saya sering melihat orang-orang yang memberi nasehat kepada temannya, kepada muridnya, ataupun kepada saudaranya deangan nasehat yang bagus. Akan tetapi tak jarang juga saya menjumpai nasehat yang bagus dan di sampaikan orang yang baik pula, namun justru nasehat tersebut mengandung malapetaka. Nasehat tersebut cenderung dipahami oleh orang yang menerima nasehat sebagai sebuah penghinaan atau pelecehan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?. Hal ini bisa terjadi ketika nasehat yang di berikan tersebut kurang tepat, tidak seseai cara dan waktu yang pas. 

Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Nasehat yang dilakukan di tengah keramaian itu bukanlah sebuah nasehat, tapi itu adalah sebuah celaan”.  Saya ingat kata-kata ini setelah saya membaca majalah al-Muslimun. Coba kita analisa perkataan Ali ra ini. Ternyata bila kita resapi dan kita prosoes dengan fikiran kita ternyata tidak salah. Memang benar menjadi sebuah realita ketika seseorang penasehat memberikan nasehatnya di tengah khalayak ramai justru seakan-akan orang yang dinasehati seperti diadili, bahkan bisa menjatuhkan mental seseorang. Sebagai contoh “iwan, kamu itu harus rajin, jangan malas, shalat tahajudnya jangan sampai bolong-bolong dll”.  Jika nasehat ini di nasehatkan di khalayak ramai misalnya di depan teman-temannya tentau hal ini akan membuatseseorang tersakiti. Ucapan tersebut yang justru berfungsi sebagai ucapan nasehat justru berubah fungsi sebagai manufer yang menjatuhkan. Lalu bagaimana kita menasehati? Alangkah baiknya jika dalam menasehati kejelekan atau kesalahan seseorang langsung menemui orangnya langsung ataupun memanggilnya sendiri. Hal ini akanlebih menjaga kehormatan dan rasa tentram di hati orang yang dinasehati tersebut.

Satu poin lagi tentang nasehat ini adalah jangan sampai orang yang memberi nasehat justru melanggar apa yang dinasehatkannya. Misalnya seseorang menasehati orang lain jangan kamu meludah atau membuang samapah dari jendela, tapi ia sendiri justru mencuci piring kotor lewat jendela. Ini sangat riskan dan agak aneh. Minimal kita berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan nasehat kita, jika memang perbuatan kita dan ucapan kita sudah kita jaga akan tetapi kita masih melanggarnya, yang penting kita telah berusaha secara maksimal.

Hal yang ketiga yang ingin saya sampaikan adalah mengenai shalat. Banyak orang yang mengira bahwa shalat yang bagus adalah shalat jamaah yang bacaannya panjang. Pemahaman ini tentu kurang tepat. Apalagi jika dilakukan dalam shalat jamaah, tentu beda sekali ceritanya. Dalam shalat jamaah sebaiknya kita tidak usah membaca surat yang panjang-panjang. Akan tetapi disesuaikan dengan jamaah yang ada. Jika jamaah yang ada kebanyakan orang tua yang sudah lanjut, tentu hal in akan sangat berat dan menyiksa bila seorang imam membaca surat yang panjang-panjang. Beda soalnya bila makmumnya adalah kaula muda yang giat ibadah, tentu tak ada masalah bila kita membaca bacaan surat yang panjang-panjang.
Hal-hal ini merupakan perkara yang sepele. Namun perkara sepele yang kurang baik tidak selamanya boleh di remehkan karena akan menjadi kebiasaan yang kurang baik. Wallahua’lam

Sebuah catatan Kecil:
“Hal yang paling menarik dari rendah hati ialah justru orang lain malah tidak akan merendahkan. Sementara mereka yang tinggi hati tidak dipandang tinggi kecuali oleh para penjilat.”



2 comments for "Tiga Hal kecil"

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Subhanallah , sungguh besar kekuasaan allah .
    Next share bro ~

    ReplyDelete