Cara Mengajarkan Pendidikan Sex Pada Anak Sejak Dini dalam Islam
Islam adalah agama yang rahmatan lil 'alamin. Satu satunya agama di bumi ini yang mengatur segala aktifitas manusia dari mulai tidur sampai tidur lagi. Tidak ada satupun yang terlupa dari sentuhan agama Islam. Semua sudah jelas dan teratur dalam syariat Islam itu sendiri. Termasuk bagaimana mengajarkan sex kepada anak-anak kita.
Kemarin saya mendapatkan pesan dari salah seorang wali santri, bahwa beliau segan untuk berbicara masalah sex kepada anaknya yang laki-laki. Padahal beliau menyadari bahwa pendidikan sex sejak dini memang harus sudah ditanamkan, namun bagaimana cara mengkomunikasikan dengan baik kepada anak agaknya menjadi persoalan tersendiri bagi sebagaian orang tua. Terlebih masalah sex adalah masalah yang tabu yang jarang dibicarakan kepada sesama secara vulgar.
Lalu, bagaimana cara mengajarkan sex kepada anak sejak dini? Bagaimana Islam memandang permasalahan ini? Berikut penjelasannya:
Mengajarkan pendidikan seks tidak melulu hanya seputar organ reproduksi. Dalam Islam pelajaran pertama yang harus diberikan kepada anak dalam pendidikan seks adalah menanamkan rasa malu. Dalam arti, anak sejak dini harus diajarkan tentang aurat dan kewajiban menutupnya. Tentunya orang tua juga harus menjelaskan alasan mengapa laki-laki maupun perempuan diharuskan menutup aurat dan batasannya.
Pelajaran kedua adalah menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan, jangan sampai terbalik. Di sinilah, dibutuhkan peran ayah dan ibu dalam pemberian pendidikan dan pembimbingan. Bukan hanya ibu saja yang dituntut mendidik, tapi juga ayah. Memang benar ibu adalah sekolah pertama bagi anak, tapi jangan pula bahwa ayah adalah kepala sekolahnya! Ayah sebagai kepala keluarga akan diminta pertanggung-jawaban oleh Allah terhadap akhlaq anak dan istrinya. Terkait dengan pendidikan seks, baik ayah maupun ibu mempunyai peran sebagai role model bagi anak-anaknya. Penting untuk memberikan contoh bagi anak tentang bagaimana laki-laki dan perempuan harus bersikap.
Pelajaran ketiga adalah memisahkan tempat tidur mereka. Pada usia tertentu, anak harus sudah dipisahkan tempat tidurnya. Pada prakteknya hal ini tidak mudah dilakukan. Banyak faktor menjadi kendala, antara lain kebiasaan anak tidur bersama orang tuanya menjadikan anak merasa tidak nyaman kalau tidur tanpa orang tua. Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi hal ini di antaranya menemaninya hingga tidur kemudian meninggalkannya di kamarnya. Kendala lain seperti kondisi tempat tinggal yang hanya memiliki satu kamar saja. Dalam kondisi ini yang bisa dilakukan adalah sekurang-kurangnya menutup aurat anak sekalipun sedang tidur, misalnya menggunakan celana panjang dan baju panjang ketika tidur.
Pelajaran keempat adalah mengenalkan waktu berkunjung atau memasuki ruangan pribadi. Meminta izin dalam tiga waktu aurat yaitu sebelum subuh, tengah hari dan setelah isya. Sampaikan pada anak bahwa waktu istirahat di mana pada umumnya orang menggunakan baju longgar atau terbuka auratnya. Penting bagi ayah dan ibu untuk juga perhatian mengunci kamar tidurnya apabila melakukan hubungan suami-istri pada waktu tersebut dan pastikan anak-anak sudah tidur.
Pelajaran kelima dalam pendidikan seks anak dalam Islam adalah mendidik tentang cara merawat kebersihan alat kelamin dan menjaga diri. Sejak dini, anak diajarkan tentang najis dan hadats serta bagaimana menghilangkannya dan bersuci darinya. Mengajarkan anak laki-laki dan perempuan tentang tata cara istinja’ merupakan moment penting dalam menyampaikan pesan pentingnya menjaga kesucian diri dan menjaga aurat. Menjaga dan menutup aurat bagian dari kesucian diri yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, agar jangan sampai terbuka apalagi dipertontonkan dan bahkan dipegang sembarangan tanpa tujuan yang jelas. Meskipun diperiksa oleh dokter apabila anak yang bersangkutan sakit pada daerah kelamin itu pun harus sepengetahuan orang tua.
Terkait dengan menjaga diri, ajarkan anak untuk mengetahui sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh serta sentuhan berbahaya. Sentuhan yang boleh adalah sentuhan yang bersesuaian dengan syariat seperti bersalaman dengan mahrom. Kendati demikian, tetap menjaga adab-adab dalam bersentuhan. Adapun sentuhan yang tidak dibolehkan adalah sentuhan yang dilarang oleh syariat dan menyakitkan. Seperti bersentuhan dengan yang bukan mahrom dan memukul atau menampar. Adapun sentuhan berbahaya seperti sentuhan yang sifatnya adalah perabaan anggota tubuh yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual hingga kekerasan seksual.
Di antar tanda-tanda sentuhan yag berbahaya adalah :
1. Perabaan dilakukan berulang-ulang
2. Mengarah pada bagian tubuh pribadi
3. Menimbulkan gejolak syahwat
Apabila anak mengalami kejadian tersebut segera ajarkan untuk berteriak, berlari dan menjauh dari pelaku serta laporkan kepada orang tua. Jangan ajarkan pada anak untuk bersembunyi dan menyendiri, tapi ajarkan untuk bersikap terbuka dihadapan orang tua. Di sisi inilah, orang tua berperan sebagai kawan dekat bagi anaknya, agar anaknya bercerita dengan penuh keakraban tentang apa yang dialaminya.
Jangan pula lupa untuk mengajarkan kepada anak tentang tempat-tempat yang baik dan buruk. Tempat-tempat yang baik dan harus dikunjungi seperti masjid dan majlis ilmu. Adapun tempat-tempat buruk adalah seperti mall dan café-café yang seringnya dikunjungi oleh orang-orang fasiq. Semoga anak-anak kita selalu dalam lindungan Allah ta’ala dan terjauhkan dari perbuatan keji dan munkar. (wallahu a’lam)
Pelajaran kedua adalah menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan, jangan sampai terbalik. Di sinilah, dibutuhkan peran ayah dan ibu dalam pemberian pendidikan dan pembimbingan. Bukan hanya ibu saja yang dituntut mendidik, tapi juga ayah. Memang benar ibu adalah sekolah pertama bagi anak, tapi jangan pula bahwa ayah adalah kepala sekolahnya! Ayah sebagai kepala keluarga akan diminta pertanggung-jawaban oleh Allah terhadap akhlaq anak dan istrinya. Terkait dengan pendidikan seks, baik ayah maupun ibu mempunyai peran sebagai role model bagi anak-anaknya. Penting untuk memberikan contoh bagi anak tentang bagaimana laki-laki dan perempuan harus bersikap.
Pelajaran ketiga adalah memisahkan tempat tidur mereka. Pada usia tertentu, anak harus sudah dipisahkan tempat tidurnya. Pada prakteknya hal ini tidak mudah dilakukan. Banyak faktor menjadi kendala, antara lain kebiasaan anak tidur bersama orang tuanya menjadikan anak merasa tidak nyaman kalau tidur tanpa orang tua. Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi hal ini di antaranya menemaninya hingga tidur kemudian meninggalkannya di kamarnya. Kendala lain seperti kondisi tempat tinggal yang hanya memiliki satu kamar saja. Dalam kondisi ini yang bisa dilakukan adalah sekurang-kurangnya menutup aurat anak sekalipun sedang tidur, misalnya menggunakan celana panjang dan baju panjang ketika tidur.
Pelajaran keempat adalah mengenalkan waktu berkunjung atau memasuki ruangan pribadi. Meminta izin dalam tiga waktu aurat yaitu sebelum subuh, tengah hari dan setelah isya. Sampaikan pada anak bahwa waktu istirahat di mana pada umumnya orang menggunakan baju longgar atau terbuka auratnya. Penting bagi ayah dan ibu untuk juga perhatian mengunci kamar tidurnya apabila melakukan hubungan suami-istri pada waktu tersebut dan pastikan anak-anak sudah tidur.
Pelajaran kelima dalam pendidikan seks anak dalam Islam adalah mendidik tentang cara merawat kebersihan alat kelamin dan menjaga diri. Sejak dini, anak diajarkan tentang najis dan hadats serta bagaimana menghilangkannya dan bersuci darinya. Mengajarkan anak laki-laki dan perempuan tentang tata cara istinja’ merupakan moment penting dalam menyampaikan pesan pentingnya menjaga kesucian diri dan menjaga aurat. Menjaga dan menutup aurat bagian dari kesucian diri yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, agar jangan sampai terbuka apalagi dipertontonkan dan bahkan dipegang sembarangan tanpa tujuan yang jelas. Meskipun diperiksa oleh dokter apabila anak yang bersangkutan sakit pada daerah kelamin itu pun harus sepengetahuan orang tua.
Terkait dengan menjaga diri, ajarkan anak untuk mengetahui sentuhan yang boleh dan sentuhan yang tidak boleh serta sentuhan berbahaya. Sentuhan yang boleh adalah sentuhan yang bersesuaian dengan syariat seperti bersalaman dengan mahrom. Kendati demikian, tetap menjaga adab-adab dalam bersentuhan. Adapun sentuhan yang tidak dibolehkan adalah sentuhan yang dilarang oleh syariat dan menyakitkan. Seperti bersentuhan dengan yang bukan mahrom dan memukul atau menampar. Adapun sentuhan berbahaya seperti sentuhan yang sifatnya adalah perabaan anggota tubuh yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual hingga kekerasan seksual.
Di antar tanda-tanda sentuhan yag berbahaya adalah :
1. Perabaan dilakukan berulang-ulang
2. Mengarah pada bagian tubuh pribadi
3. Menimbulkan gejolak syahwat
Apabila anak mengalami kejadian tersebut segera ajarkan untuk berteriak, berlari dan menjauh dari pelaku serta laporkan kepada orang tua. Jangan ajarkan pada anak untuk bersembunyi dan menyendiri, tapi ajarkan untuk bersikap terbuka dihadapan orang tua. Di sisi inilah, orang tua berperan sebagai kawan dekat bagi anaknya, agar anaknya bercerita dengan penuh keakraban tentang apa yang dialaminya.
Jangan pula lupa untuk mengajarkan kepada anak tentang tempat-tempat yang baik dan buruk. Tempat-tempat yang baik dan harus dikunjungi seperti masjid dan majlis ilmu. Adapun tempat-tempat buruk adalah seperti mall dan café-café yang seringnya dikunjungi oleh orang-orang fasiq. Semoga anak-anak kita selalu dalam lindungan Allah ta’ala dan terjauhkan dari perbuatan keji dan munkar. (wallahu a’lam)
Post a Comment for "Cara Mengajarkan Pendidikan Sex Pada Anak Sejak Dini dalam Islam"