Catatan Hati Seorang Mahasiswa
![]() |
Catatan Hati Seorang Mahasiswa Pas-pasan |
Semua orang yang ingin memperoleh gelar akademik
tinggi maka harus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Secara
normalnya seperti itu, walaupun ada pula yang mendapat gelar akademik karena
hadiah atau penghargaan. Seperti HAMKA yang mendapat gelar honoris clausa
sebagai profesor. Saat ini , untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tersebut dinamakan kuliyah. Sebagai
mahasiswa, yang namanya kuliyah adalah sesuatu yang biasa. Namun untuk sebagian
orang, bisa melanjutkan kuliyah adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Tidak
hanya anak mahasiswanya yang merasa punya prestasi, akan tetapi keluarganya
juga seperti itu. Orang tau bahkan
tetangga.
Bagi mahasiswa pas-pasan, kuliyah juga merupakan
sebuah prestasi. Namun bukan berarti prestasi tersebut adalah sebuah kebanggan
buat khalayak, tapi hanya untuk diri sendiri sebagai penghibur lara saja, Cuma
itu. Yang saya amati di lapangan, ternyata ada anggapaan bahwa seorang yang sudah
bergelar mahasiswa dan kuliyah pasti orangnya pinter, orang tuanya kaya dan
lain sebagainya. Anggapan ini saya peroleh ketika saya pulang ke kampung setelah liburan ujian. Padahal tidak demikian
adanya. Ada mahasiswa yang memang pas-pasan tapi karna keinginan belajarnya
tinggi dia rela bersusah-susah payah. Ada juga yang kuliyah hanya karna
keinginan orang tua. Ada beberapa kategori mahasiswa yang saya perhatikan
tentang hal ini.
- Mahasisawa yang kuliyah karna memeng semanagat belajarnya tinggi dan ia rela bersusah payah, walaupun orang tua di kampung juga pas-pasan.
- Mahasiswa yang kuliyah hanya karna keinginan orang tua.
- Mahasiswa yang kuliyah cuma sebagai formalitas mencari titel akademik atau gelar belaka.
Saya termasuk mahasiswa yang tipe pertama, entah
kenapa memang itulah adanya. Saya anak orang pas-pasan, Namun dengan hal itu
tidak membuat saya surut, saya membayangkan kerja keras orag tua di kampung
yang membanting tulang kerja keras demi membiayai saya di sini, itu sudah cukup
sebagai cambuk belati untuk menyemangati. Bahkan saya kadang tak kuasa memabayangkan
hal itu.
Sebagai mahasiswa pas-pasan, ada beberapa hal yang
bisanya terjadi pada mahasiswa kelas ini.
Pertama, Tingkat ke-Stresan Berbanding Lurus dengan Isi
Dompet.
Ini sebuah realita bung, bagi mahasiswa yang
pas-pasan, apalagi di tengah rantau tentu tidak semudah dan segampang di kota /daerah
sendiri. Isi dompet sangat mendominasi tingkat keceriaan. Diakui atau tidak, kadang
memang seperti itulah kenyataannya. Kadang juga susah membedakan antara sakit
dengan tidak punya duit. Kadang juga sulit membedakan antara dompet isi dengan
keceriaan. Semakin tebal isi dompet, tingkat kreatifitas meningkat. Hehe.
Maksudnya bukan matrealistik, tapi itulah kebutuhan diperantauan. Bagi
mahasisawa yang masih mengandalkan kucuran durian dari orang tua, tantu akan jadi
momok yang menakutkan ketika dompet lagi sekarat.
Kedua, Pengeluaran Sedikit dengan Pendapatan Maksimum.
Ini seperti prinsip ekonomi, seharusnya prinsip
inilah yang cocok diterapkan pada ekonomi. Sejatinya para mahasiswa pas-pasan
ini telah menerapkan prinsip-prinsip ini. Sabagai contohnya dari penerapan
prinsip ini bagi mahasiswa ialah ketika sedang ada tugas yang membutuhkan
koneksi internet yang full. Untuk mensiasatinya, para mahasisaw pas-pasan ini biasanya
pergi ke caffe atau suatu tempat yang menyediakan layanan Wi-Fi gratis.
Kemudian memesan secangkir kopi dan duduk duduk di situ sambil membawa laptop
dan charger. Tantunya secangkir kopi tak akan habis sekali minum, tapi
dinikmati sedikit demi sedikit sampai waktu yang tak ditentukan. Haha, ini
kenyataan dan sudah menjadi rahasia publik.
Ketiga, interaksi karena tendensi
Ini sebenarnya kelakuan yang tidak baik, tapi apalah
daya, zaman sekarng interaksi-interaksi yang ada tak lain hanyalah sebuah
kumpulan tendensi-tendensi. Walaupun tidak demikian semua, ada juga interaksi
yang memang benar-benar tulus. Silahkan kembangkan sendiri, saya tak akan
menjelaskan yang ini.
Keempat, Kritis dan Peka Terhadap Keadaan
Sebagai mahasiswa pas-pasan tentunya untuk
memenuhi kebutuhan hidup dengan duit yang pas-pasan harus peka terhadap
keadaan. Inilah yang menuntut seorang mahasiswa kreatif. Sebagai contohnya
sambil mengisi waktu luang bisa dengan jualan-jualan, entah apa saja, yang
penting halalan thayyiban. Itulah prinsipnya.
Peka terhadap keadaan.
Kelima, Pengaruh dengan Tingkat Spiritualitas
Ini bukan realita yang pasti, tapi realita yang
ada membuat keadaan menjadi terlihat sebuah kepastian. Mahasiswa yang pas-pasan
cenderung memiliki tingkat spiritualitas yang baik. Tentu bila difikir secara
logika memamg seharuasnya demikian. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang serba pas-pasan ia akan banyak berusaha, banyak beradoa, memohon kepada
sang kuasa agar kebutuhannya terpenuhi dengan baik.
Keenam, Intelgency Influence
Saya tidak tahu istilahnya ini benar atau salah.
Tapi hidup pas-pasan memang sangat berpengaruh pada perkembangan mental
seseorang dan juga tingkat intelegensinya. Lihat saja orang-orang jepang.
Mereka bisa pintar mensiasati rumah mereka yang anti gempa karna daerah mereka
sering terjadi gampa. Begitu juga dengan mahasiswa pas-pasan, dengan hidupnya
yang pas-pasan tersebut biasanya akan membuat ia termotovasi positif demi
mempertahankan statusnya sebagai mahasiswa atau meraih cita-citanya atau
merealisasikan keinginan orang tua dan lain sebagainya. Hal ini membuat otaknya
main dan dengan sendirinya secara otomatis ia akan lebih memiliki kecenderungan
intelegency yang memadai.
Sebenarnya masih banyak fakta-fakta dan perilaku
keseharian tenang mahasiswa..silahkan refleksikan sendiri dan terima
kasih. :D
Post a Comment for "Catatan Hati Seorang Mahasiswa"