Pacaran, Boleh Kok !! (Part 1)
Cinta memang fitrah manusia yang
memang sudah seharusnya dipunyai oleh setiap orang. Akan tetapi perlu juga kita ketahuai bahwa kebanyakan
anak muda salah menerjemahkan cinta hanya kepada lawan jenis yang sebayanya
saja, atau mungkin dapat secara jujur diartikan dorongan seksual yang
membuatnya cinta kepada lawan jenis. Cinta itu
mempunyai cakupan yang sangat luas. Cinta memang sebuah anugerah, cinta hadir
untuk memaniskan hidup di dunia, apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, sang pujaan
hati atau sang kekasih hati menjadikan cinta itu begitu terasa manis. Bahkan kalau orang bilang, bila orang udah cinta maka
empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta,
Lalu apakah cinta, mencintai dan dicintai itu dilarang oleh agama mas?.
Tidak ada larangan dalam agama islam tentang larangan mencintai dan dicintai,
bukan cintanya yang dilarang. Akan tetapi bagaimana kita memainkan cinta itu,
untuk apa dan yang penting juga untuk siapa kita memberikan cinta itu. Oke. bukan
tempatnya jika saya membahas secara rinci tentang cinta, karena artikel ini
hanya sebuah catatan ringan saya atas rasa simpatik saya terhadap remaja islam
pada umumnya dan terkhusus kepada adik-adik saya yang pernah saya jumpai di
berbagai tempat. Oke. Langsung saja eksekusi ke TKP.
Pada pembahasan kali ini saya akan
mengangkat masalah pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena menggejala dan
bahkan sudah seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja. Sebenarnya bagaimana sih definisi pacaran itu? Saya
yakin para pelaku pacaran pasti akan sedikit kesulitan mendefinisikan pacaran..
Apakah berdua-dua-an dengan lawan jenis atau bermesra-mesraan dengan lawan
jenis ataukah seperti apa. Kalau memang seperti itu, apa bedanya dengan zina
dan pelampiasan nafsu. Entahlah. Peduli amat dengan hal konyol seperti itu. Toh
kata itu sudah mengudara dan mendarah daging di masyarakat. Sebagai contoh
kecil saja, ketika saya di saya tengah mengajar TPA di salah satu kampung di
daerah gunung kidul yogyakarta ada salah satu anak TPA yang nyeletuk “mas udah
punya pacar belum?’ atau juga ketika saya ada telfon pas waktu sahur “dari
pacarnya ya mas”. Luar biasa, bahkan daerah-daerah kampung saja sudah tidak
asing lagi, entah karena arus globalisasi atau apalah. Tapi yang jelas yang
namanya pacaran sudah sangat dianggap wajar oleh masyarakat kita di Indonesia.
Sensasi pacaran itu tak ubahnya
seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda untuk memadu cinta dengan dara
jelita kembang desanya, dalam pandangannya sang dara tampak begitu sempurna.
Hingga kala itu pikiran pun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, maka
tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu terbayang si dia yang tersayang. Hingga
tunas kerinduan menjamur menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan
nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena
asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta
yang tinggi membintang, hingga lukapun tak terasa.
Kehidupan seorang muslim atau muslimah saat ini tanpa
pacaran adalah hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu
pacaran maka serentak ia akan mengatakan "Lha kalo nggak pacaran, gimana
kita bisa ngenal calon pendamping kita?". kalau dikatakan
pacaran itu haram, mereka menyaut, "pacaran yang gimana dulu.". Beginilah
keadaan kaum muda sekarang, racun syubhat, dan syahwat membela
hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim? akan hukum halal-haram, boleh dan tidak.
Tragis memang kondisi kita ini, terutama yang muslimah. Mereka para muslimah
kebanyakan berlomba-lomba untuk mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa
sebabnya, "Aku takut nggak dapat jodoh". Muslimah banyak ketakutannya
tentang calon pendamping, karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan
perempuan adalah 1 : 5. Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian ?. Tidak juga. Sekedar berbagai rahasia, yang
ditunggu-tunggu oleh seorang wanita muslimah dewasa bukanlah sebuah kata-kata
mesra, gombalan atau mungkin kata-kata romantis seperti I miss You, I love You.
Bukan !!. Tetapi mereka mendambakan ungkapan akad nikah “saya terima nikah dan
kawinnya fulanah binti fulan....”. Coba renungkan kawan. Kalau ada yang
mengatakan ‘dedek cinta mas R***y selamanya, nggak ada yang lain, dedek ingin
jadi pendamping hidup mas R***y’. Katakan itu mah bulsit belaka. Apalagi yang
mengatakan masih umurana belasan tahun. Pengen ketawa aja. hehe
Pacaran dalam islam? Memang Boleh !!
Pacaran yang kita dapati saat ini adalah bermakna
memadu cinta dari lawan jenis, saling mengasihi, saling mencintai, saling
menyayangi dan melakukan kegiatan layaknya orang yang saling mencinta, seperti gandengan
tangan, berdua-duaan, mojok berdua dipojokan
gelap-gelapan.
Bagaimana hukum pacaran dalam Islam? Ya, sesuai dengan judul artikel ini : memang
boleh! tapi dengan syarat, yaitu dengan dihalalkan terlebih dahulu hubungan
mereka dengan cara pernikahan. Pacaran dalam Islam itu sangat dianjurkan hanya setelah halal. Hukum pacaran dalam Islam akan
menjadi haram apabila dilakukan sebelum menikah. Sesuai dengan ayat al Quran dan beberapa hadis
“Artinya : Dan janganlah kamu
mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang
keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang)” [Al-Israa : 32].
Bahkan mendekati saja tidak boleh apalagi melakukan zina.
Sedangkan pacaran adalah salah satu jalan untuk mendekati kearah zina hakiki.
Bayangkan saja, dua sejoli lawan jenis malam-malam jam berdua-duaan di pojokan
gang gelap-gelapan. Coba apa yang diinginkan? Ah, stop. Terlalu fantasy.
Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah ia berdua-duaan dengan perempuan yang tidak ada bersamanya
seorang mahrammnya karena yang ketiganya di waktu itu adalah setan.”
“Seseorang
ditusuk kepalanya dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh wanita yang
tidak halal baginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ar-Ruyani di dalam kitab
Musnad-nya (227/2)
Sudah bacakah sobat. Maaf sedikit nyindir J
16/08/23
22:10
Post a Comment for "Pacaran, Boleh Kok !! (Part 1)"