Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Allah Membenci 3 Hal Ini


Manusia -----> apa yang dicari ? Tentu sebagai orang yang beriman yang dicari adalah keridhoan Allah dan ridho Allah ada dalam ibadah dan syariat Allah.

Diantara ajakan Rasulullah SAW adalah di dalam sebuah hadis yang dikeluarkan oleh imam Muslim di dalam Shahihnya, Imam Malik di dalam Al-Muwatta’nya, dan Imam Ahmad di dalam Musnadnya dari hadis Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu beliau SAW bersabda:

إنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا, (وفي رواية: ويسخط منكم ثلاثا) يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْ بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَأَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإضَاعَةَ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara (di dalam riwayat yang lain: dan murka kepada kalian pada tiga perkara); Allah Ridha kepada kalian (ketika kalian) beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, (dan meridhai ketika kalian semua) berpegang teguh kepada tali agama Allah dan janganlah kalian bercerai berai, (Allah subhanahu wa ta’ala meridhai ketika kalian) saling nasehat menasehati kepada pemimpin-pemimpin kalian. Dan Allah subhanahu wa ta’ala membenci desas-desus, dan membenci banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta.” (lafaz hadis ini adalah lafaz dari Imam Malik dan Imam Ahmad).

Perkara yang Diridhai Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pertama: at-Tauhid (أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْ بِهِ شَيْئًا)

Tujuan utama kenapa Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ [٩٨:٥]

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Tegaknya langit dan bumi, diturunkannya kitab-kitab Allah dan diutusnya para Rasul, wafatnya para Syuhada’, tetesan tinta-tinta para ulama, perseteruan antara yang haq dan yang batil, semua ini karena tauhid. Karena tauhid pulalah Ibrahim ’alaihissalam dilemparkan kedalam api. Karena tauhid, Rasulullah dan pengikutnya hijrah dari Makkah ke Madinah, karena tauhid pula gangguan, ujian dan tantangan diderita oleh beliau dan pengikutnya.

Kedua: Berpegang teguh pada Tali Allah (وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا)

Kitab Allah, agama-Nya, manhaj Rasulullah, dan syariat-Nya, semuanya masuk dalam definisi Tali Allah. Karena itu berpegang kepada Tali Allah, adalah berpegang teguh dan tegar di atas Alqur’an dan Sunnah. Apa makna kembali kepada Al-Quran dan Sunnah? Tentu saja mamahami Al-Quran dan Sunnah sebagaimana pemahaman para salafus shalih.

Pondasi kedua ini diambil dari firman Allah:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“berpegang teguhlah kalian kepada tali Allah dan jangan kalian bercerai berai.” [Ali Imran: 103].

 

Allah menyebutkan tentang persatuan setelah menyebutkan tentang tauhid, karena persatuan yang sesungguhnya tidak akan tegak tanpa tauhid, orang-orang yang mengajak kepada persatuan di atas hizbiyyah jahiliyyah, tidak di atas tauhid, hanya menambah hancur dan berkeping-kepingnya ummat dan menjauhkan mereka dari mentauhidkan Allah.

Ketiga: an-Nashihah (وَأَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ)

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Bahwa Nabi SAW bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” [HR. Muslim, no. 55]

 Al-Khatthabi rahimahullah mengatakan:

النَّصِيْحَةُ كَلِمَةٌ يُعَبَّرُ بِهَا عَنْ جُمْلَةٍ هِيَ إِرَادَةُ الخَيرِْ لِلْمَنْصُوْحِ لَهُ

“Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang ditujukan nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)

Keamanan dan ketentraman suatu kaum tidak mungkin tercapai kecuali dengan mentaati pemimpin mereka, olehkarenanya nasehat yang paling baik adalah ditujukan kepada pemimpin. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian.” [An-Nisaa’:59]

 

Perkara yang Dibenci Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pertama: Qiila wa Qoola

Qiila wa qool maksudnya adalah menyampaikan berita-berita yang belum jelas tanpa mencari kejalasannya, banyak berbicara dan larut dalam kebatilan. Sedangkan seorang muslim yang sejati menahan tindakan dan ucapannya, karena dia sadar bahwa semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di hari akhirat.

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ


“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

 

Kedua: Banyak Tanya yang Sia-Sia (وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ)

Banyak bertanya tanpa kebutuhan dan manfaat. Banyak bertanya terhadap sesuatu yang sudah jelas ketentuanya sehingga menjadi keberatan dengan ketentuan yang lebih rinci. Seperti ummatnya Nabi Musa as ketika diperintah Allah untuk menyembelih sapi.

 

Ketiga: Menghamburkan Harta (وَإضَاعَةَ الْمَالِ)

Orang muslim memahami setiap Allah memberikan kelebihan harta maka itu adalah peluang lain dari Allah agar kita tingkatkan ibadah lewat harta itu. Karena mungkin peluang ibadah lewat sisi yang lain sudah kurang mampu kita tunaikan. Termasuk menyia-nyiakan harta adalah menggunakan harta bukan pada tempat yang diridhoi Allah. Diantara bentuk menyia-nyiakan harta adalah menyerahkan harta kepada orang-orang yang bodoh. Orang yang bodoh yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang-orang yang tidak bisa membelanjakan hartanya dengan baik, dan membelanjakan hartanya untuk bermaksiat kepada Allah.

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا [٤:٥]

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.


Post a Comment for "Allah Membenci 3 Hal Ini"