Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Media Sosial, Raksasa Pemusnah Masal Abad Mutakhir


Saya bukan pembela pemerintah juga bukan pengecam pemerintahan yang gigih. Namun penyelewengan kekuasaan, korupsi yang semakin ‘edan’, penegakan hukum yang ‘amburadul’, birokrasi yang kian rumit dan sejuta persoalan yang tiada habisnya dikupas, dikuliti dan ditelanjangi membuat lidah siapapun terasa gatal untuk masuk dalam lingkaran brutal ini.

Berita yang saat ini masih segar dan up to date adalah pembunuhan publik kepada menteri agama RI Lukman Syaifudin. Hanya karena mengingatkan kepada publik dalam akun twitternya 
warung2 tak perlu dipaksa tutup. kita hrs hormati juga hak mrk yang tak berkewajiban dan tak sedang puasa”.
Hanya karena kicauan beliau di twitter tersebut membuat heboh dunia maya seolah ada perhelatan akbar. Sialnya kicauan Menteri Agama RI tersebut ditanggapi oleh media sebagai sinyal negatif sehingga pesilat media membuat berita “Menteri Agama: Hormati yang Tak Puasa, Warung Makan Boleh Buka Siang Hari Selama Ramadan”.

Informasi yang dibuat berbeda jauh dengan sumbernya sehingga banyak orang yang akhirnya termakan opini. Hasilnya tentu saja membuat citra menteri agama menjadi jelek. Sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang patut disalahkan dan siapa pula yang berhak menyalahkan itu bukan urusan pembaca. Namun proporsi media yang berbeda dengan sumber media membuat para pembaca tak jarang menelan mentah-mentah opini yang dimunculkan oleh media.

Tidak dipungkiri bahwa gerombolan yang ‘bisu’ ini bisa menjadi gerombolan penekan dalam suatu kasus. Seperti selayaknya ‘parleman online’, bahkan lebih berhasil menjalankan fungsi parleman daripada parleman yang sebenarnya di Senayan. Parleman ini seolah sebagai pembunuh yang bersembunyi dan bisu. Padahal aksinya jelas bisa menghantam dan membuat kerusuhan suatu negara bahkan keseimbangan global. Terlebih zaman sekarang sarana informasi dan teknologi sudah bak membalikkan tangan, mudah sekali didapat. Mulai dari koran online, media sosial online  dan lain sebagainya. Sialnya lagi, semua itu bisa diakses dengan sangat mudah melalui smartphone zaman sekarang.
“suatu alat yang baik, jika digunakaan oleh orang yang jujur maka akan bermanfaat, namun suatu alat baik jika digunakan oleh orang pembohong tentu akan binasa”
Lalu bagaimana kita menyikapi ‘Pembunuh Modern’ ini?

-Untuk para netizen, wartawan atau semua agen jurnalistik yang mengelola media baikcetak maupun online hendaklah memberikan informasi yang akurat. Apa adanya tanpa ada bumbu-bumbu yang meracuni. Jika para agen jurnalis saja sudah berani melakukan pembumbuan yang justru mengakibatkan pembohongan publik maka sudah dipastikan akan ada kebohongan-kebohongan selanjutnya.

-Ketika menginformasikan atau menyebarkan berita hendaklah di chek dan richek. Artinya, sebelum mendapatkan berita yang masih belum jelas atau bahkan kabar burung hendaklah di cek kebenarannya dulu. Jangan sampai kita terjerumus kepada fitnah yang menyulut perpecahan dan kebohongan.

Post a Comment for "Media Sosial, Raksasa Pemusnah Masal Abad Mutakhir"