Filsafat Katro
![]() |
Maaf mbah Tukul |
Jika kita perhatikan apa yang ada di dunia
akademis sekarang ini, terutama di kampus-kampus, entah itu di kampus-kampus
yang berlabel pemerintah atau negeri bahkan berlabel islam sekalipun. Marak dan
sudah menjamur ketika mulai masuk pertama di kampus tersebut sering dikasih
materi yang namanya materi filsafat.
Sudah biasa kalau mau masuk kampus ada namanya
kegiatan orientasi atau ospek atau sejenisnya. Ada yang dikasih materi militer
atau tendang-tendangan ada yang materi pelecehan seksual ada juga materi
penyesatan dan pembuangan jati diri. Bahkan ada juga organisasi yang mewajibkan
anggota barunya untuk belajar materi filsafat. Tidak tanggung-tanggung, yang
ngasih materi adalah instrukturnya langsung. Hebat nggak tuh instrukturnya. Yang
lebih tak tangguh lagi, instrukturnya tersebut tidak lain adalah mahasiswa
tingkat atas yang jurusannya bukan filsafat. Gimana, tambah hebat nggak tuh.
Ahaha. Itulah hebatnya mahasiswa. Makanya bobrok tidaknya sebuah negeri sedikit
banyak ditentukan juga oleh peran mahasiswanya.
Mengapa pada judul ini saya sebut sebagai filsafat
katro? Oke. Akan saya jelaskan, biar nggak salah faham dengan istilah
filsafat itu sendiri. Filsafat itu sendiri adalah istilah yang sangat bagus.
Biasanya diidentikkan dengan kondisi fikiran, yakni berfikir secara mendalam,
bahkan sedalam-dalamnya semampu akal kita. Filsafat dengan cara berfikir adalah
filsafat yang dilakukan oleh para pendahulu kita seperti ariatoteles, plato,
socrates dll yang dilanjutkan oleh para peneliti dan pemikir muslim seperti
ibnu Sina, al-Farobi dll. Mereka berfilsafat dengan cara berfikir dan akhirnya
mereka menemukan temuan-temuan berupa ilmu pengetahuan yang lebih maju, lebih
dari yang ada pada masanya.
Saya sih nggak begitu tertarik sama filsafat ya.
Tapi saya lebih terarik pada bagaimana pola yang dibangun oleh filsafat itu
sendiri. Kalau kita perhatikan jauh sebelum maraknya filsafat ini, sebenarnya
filsafat ini sudah berkembang jauh sebelum peradaban islam itu sendiri. Namun
sepereti yang telah kita alami dan ketahui bersama, di perguruan tinggi
sekarang pun ada mata kuliyah yanag namanya filsafat, tapi menurut hemat saya,
filsafat yang mereka pelajari adalah filsafat yang hanya mengelaborasi filsafat
secara teoritis belaka. Filsafat yang hanya berkutat pada hal-hal yang sudah
umum. Bahkan berkutat pada hal-hal yang kurang dibutuhkan dan hanya bersifat
teoritis semata.
Bisa kita bandingkan filsafat yang ada pada
masanya ibnu Sina yang dia berfilsafat dengan berfikir dan akhirnya menemukan
pengetahuan berupa ilmu kedokteran, alat-alat kedokteran, penelitian medis
berupa penyakit-penyakit seperti cacar,bisul dll. Kalau di kampus-kampus
sekarang yang dipelajari adalah filsafat pendidikan, filsafat ilmu, filsafat
komunikasi dll, yang saya tanyakan apakah filsafat itu hanya berkutat pada
hal-hal abstrak seperti itu. Apakah filsafat itu hanya berkutat pada pembahasan
tentang Tuhan, mengapa Tuhan itu ada, Mengapa Tuhan itu tidak beranak, mengapa Tuhan
itu satu dll?. Tidak, filsafat tidak hanya membahas hal-hal abstrak seperti
itu, tapi seorang dokter yang meneliti penyakit di lab itu juga berfilsafat,
seorang insinyur yang sedang menimbang-nimbang kekuatan bangunan jembatan itu
juga baerfilsafat, seorang guru yang sedang meneliti perilaku jenius anak didiknya
juga berfilsafat, seorang dosen yang sedang mengerjakan penelitian ilmiah juga
berfilsafat.
Jadi jangan anggap filsafat itu hanya berkutat
pada teori tentang Tuhan dan hal-hal ghaib belaka. Filsafat yang seperti itu
bahkan adalah filsafat yang katro dan tidak berkembang. Kenapa? Karena filsafat
seperti itu sudah dibahas oleh orang-orang terdahulu dan sudah selesai. Mulai
dari teori emanasinya Ibnu sina, teori akal faal dll. Semua itu sudah di bahas
dan sudah terjawab. Sekarang tugas kita ketika mau berfilsafat tidak hanya
berkutat pada masalah itu-itu saja, tapi cobalah membahas permasalahan lain,
cabang ilmu lain, ilmu teknologi, ilmu kedokteran, ilmu fisika, ilmu ekonomi
dll. Semua harus dielaborasi secara mendalam, semuanya harus diteliti secara
lebih detail. Penelitian ataupun observasi yang dilakukan inilah filsafat yang
dibutuhkan sekarang ini, bukan bagaimana kita memperdebatkan eksistensi Tuhan,
mengapa Tuhan harus satu dll. Jadi berhentilah meng-obok-obok filsafat katro
dan jadul itu, Berhentilah bersitegang dengan filsafat stagnan itu. Mulailah
melakuakan elaborasi fikiran pada bidang-bidang lain. Inilah filsafat yang
membuat maju, bukan pseudodinamis (seakan-akan maju atau dinamis, padahal hanya
stagnan atau berkutat pada hal-hal sama).
Post a Comment for "Filsafat Katro"